Cegah Malaria dengan ABC




Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di lebih dari 100 negara (WHO, 2005). Sementara menurut Kemenkes RI (2011), jumlah penderita malaria di dunia diperkirakan sekitar 300-500 juta kasus klinis setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi seperti bayi, balita dan ibu hamil. Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan Annual Parasite Incidence (API) malaria pada tahun 2009 sebesar 1,85% dengan angka kematian sebesar 3,4%. Serta dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi.
Saat ini malaria masih merupakan ancaman kesehatan bagi masyarakat. Setengah dari penduduk dunia beresiko untuk terserang malaria. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional. Karena itu negara-negara WHO meluncurkan intensifikasi pengendalian malaria dengan kemitraan global, Roll Back Malaria Initiative (RBMI). Di Indonesia, program ini dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Hingga tahun 2011 terdapat 374 kabupaten endemis malaria di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 256.592 orang dari 1.322.451 kasus suspek malaria yang diperiksa dengan tingkat kejadian 1,75 per 1000 penduduk/tahun (Munif, 2007).
Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anophelesbetina yang terinfeksi. Terdapat 5 spesies parasit plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia yaitu Plasmodium falsiparum, Plasmodium vivax, Plasmodium oval, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi. Dari beberapa spesies tersebut jenis Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax menjadi ancaman terbesar. Plasmodium falciparum merupakan malaria yang paling berbahaya dan dapat menyebabkan malaria berat. Sementara Plasmodium vivax tersebar paling luas terutama di Asia jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian terutama pada anak-anak.
Gejala malaria umumnya timbul demam, namun tergantung jenis malarianya. Sifat demam akut (paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot . Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis. Upaya pencegahan malaria dapat dilakukan dengan ABC, yaitu:
1.    A: Awas dan perhatikan
a.       Faktor resiko: Jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, ibu hamil.
b.      Cara penularan: melalui gigitan nyamuk anopheles
c.       Cara mencegah:
-        Edukasi dan memberikan kelambu anti nyamuk secara massal
-        Penyemprotan dinding rumah diseluruh desa yang API >40%
-        Penemuan dini kasus malaria dan pengobatan secara tepat dan sampai tuntas
-        Bisa juga dengan cara : fogging, bahan kimia pembunuh larva
d.      Gejala dan tanda:
-          Panas (panas 1 hari hilang 1 hari)/(panas 2 hilang 2)/(panas 3 hilang 3)
-          Mengigil, berkeringat, muntah, sakit kepala dll.
2.    B: Biasakan
Biasakan untuk menghindari gigitan nyamuk selama di daerah endemis dengan menggunakan kelambu saat tidur dan pakai lotion anti nyamuk dan biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya dan menutup bak mandi.
3.    Cek
Cek darah segera dengan pergi ke dokter, apabila ada gejala demam di daerah endemis sampai satu bulan setelah kembali.

Daftar Pustaka
-Kementrian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta: Ditjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementrian Kesehatan RI
-Munif A, Ariati Y. 2007. Tabel Kehidupan Anopheles aconitus di Laboratorium. Media Litbang Kesehatan. 2007;17(2):1–7
-WHO. 2005. World Malaria Report. World Health Organitation. https://www.who.int/malaria/publications/atoz/9241593199/en/. Diakses tanggal 31 Maret 2020.

Salsabila Sahara/21601101056

Post a Comment

0 Comments