Cegah dan Kurangi Gejala Penyakit Asam Urat dengan JaRuM PaDi


              
 
 
              Gout arthritis atau yang lebih dikenal dengan penyakit asam urat adalah penyakit gangguan metabolisme purin akibat peningkatan produksi asam urat (Hiperurisemia). Asam urat merupakan sisa hasil akhir metabolisme purin baik yang berasal dari makanan yang dikonsumsi maupun berasal dari pemecahan protein (asam nukleat) dalam tubuh. Purin merupakan senyawa yang mengandung nitrogen yang ditemukan dalam sel-sel tubuh, termasuk DNA.              
               Dalam mengatasi gejala gout arthritis bukan hanya peran dokter yang dibutuhkan, tetapi perlu adanya motivasi diri untuk sembuh dari penderita dan keluarga berperan penting untuk memberi dukungan kepada anggota keluarganya yang sakit terutama dalam hal diet penderita.

               Gejala Gout arthritis :  Menurut Nguyen-oghalai dan Karnath (2006) serangan gout biasanya hanya     menyerang satu sendi dan sering terjadi di kaki, namun 3-14 % serangan juga bisa terjadi di banyak sendi (poliarthitis). Sendi yang terkena serangan berulang biasanya ibu jari (padogra), pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, dan lutut. Umumnya serangan terjadi pada malam hari dan menjelang pagi. Sendi yang terserang terasa nyeri bahkan sampai mengalami pembengkakan dan kulit menjadi berwarna kemerahan.

Faktor Resiko Gout arthritis :

Menurut Macfarlane and Kim (2014), faktor-faktor yang beresiko terkena gout arthritis yaitu :
1.     Usia
2.     Genetik
3.     Jenis kelamin
4.     Obesitas
5.     Obat-obatan
6.     Konsumsi alkohol berlebihan
7.     Asupan purin berlebihan
8.   Penyakit degeneratif  
 
Pencegahan Gout arthritis :
Cegah dan kurangi gejala gout arthritis dengan JaRuM PaDi :
Ja       : Jaga berat badan ideal.
Ru      : Rutin cek kesehatan di pelayanan kesehatan terdekat dan cek kadar
asam urat.
M        : Minum banyak air.
Pa       : Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan rendah lemak.
Di        : Diet rendah purin.
 
1.        Jaga berat badan ideal
Cara untuk mempertahankan berat badan ideal adalah dengan memilih asupan energi yang tepat. Apabila BB/berat badan melebihi batas normal, asupan energi  harus dikurangi sebanyak 500-1000 Kal atau 10-15% dari kebutuhan normal. Beban pada sendi akan berkurang dengan menurunkan BB (berat badan). Tetapi penurunan berat badan dengan cepat hingga terjadi kekurangan energi harus dihindari. Hal ini dikarenakan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
2.    Rutin cek kesehatan di pelayanan kesehatan terdekat dan cek kadar asam urat
Hal ini berfungsi untuk memantau kadar asam urat di dalam tubuh, sehingga dapat mengontrol aktivitas dan asupan energi, agar tidak menyebabkan gejala gout arthritis semakin parah. Pemeriksaan kadar asam urat dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan urin. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium klinis, kadar asam urat normal wanita 2,4-5.7 mg/dl dan untuk pria lebih tinggi yaitu 3,4- 7.0 mg/dl. Pada anak kadar asam urat berkisar antara 3,0-4.0 mg/dl dan setelah pubertas pada pria mencapai 5.2 mg/dl.
3.    Minum banyak air
Seseorang dengan kadar asam urat yang tinggi dianjurkan untuk menjaga tubuhnya agar tetap terhidrasi dengan baik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Neogi (2009) yang berjudul drinking water can reduce the risk of reccurent gout attacks dengan jumlah sampel 535 penderita yang terdiagnosis artritis gout dan terdiri dari 78% laki - laki dengan usia rata rata 53 tahun didapatkan hasil penelitian bahwa mengkonsumsi air lebih dari 8 gelas dalam sehari dapat menurunkan resiko terjadinya kekambuhan. Dengan mengonsumsi tinggi cairan dapat membantu menurunkan kadar asam urat karena asam urat dikeluarkan melalui urin. Minuman yang baik dikonsumsi adalah air putih atau dapat mengonsumsi buah yang mengandung tinggi cairan, seperti semangka, melon, dan jambu air.
4.        Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan rendah lemak.
Sumber makanan yang baik bagi penderita adalah sumber makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, seperti : nasi, singkong, roti, ubi, dan makanan berserat (buah dan sayur). Sumber karbohidrat yang dibatasi atau dihindari adalah karbohidrat sederhana yang mengandung fruktosa yang tinggi, seperti : gula, permen, sirup manis karena dapat meningkatkan kadar asam urat darah.
Makanan yang banyak mengandung minyak seperti makanan yang digoreng dan bersantan sebaiknya dibatasi karena lemak cenderung menghambat pembuangan asam urat melalui urin. Kebutuhan lemak yang dapat diberikan kepada penderita yaitu 10-12% dari energi total atau sekitar 15% dari kebutuhan energi total.
Asupan vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan dan beberapa diantaranya didapatkan lebih tinggi dalam bentuk suplemen seperti vitamin C, E, B (kecuali vit.B3) dan asam folat. Vitamin B3 tidak disarankan karena dapat meningkatkan produksi asam urat.
5.        Diet rendah purin
Resiko hiperurisemia dapat meningkat 3 kali lipat akibat kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin sekitar 200 g. Diet rendah purin yang dimaksud adalah mengonsumsi purin <150 mg/hari, bahkan bila asam urat mengalami peningkatan >10 mg/dl disertai pembengkakan sendi dan nyeri, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan bebas purin. Berikut adalah pengelompokan jenis makanan dan kandungan purin didalamnya :
Kelompok 1 : Makanan yang sebaiknya dihindari (kandungan purin tinggi, yaitu 100-1000 mg/100 g bahan makanan), seperti : otak, hati, jantung, paru, ekstrak daging/kaldu, bebek, burung, kornet sapi, kerang, dan makanan yang  mengandung alkohol (durian dan tape).
Kelompok 2 : Makanan yang harus dibatasi (kandungan purin sedang, yaitu 9-100 mg purin/100 g bahan makanan). Jenis makanan ini dikonsumsi maksimal 50-70 g atau 1-1 ½ potong atau satu mangkuk (100gr) per hari. Makanan tersebut antara lain daging sapi, ayam, ikan, udang, tahu, tempe, bayam, dan daun singkong.
Kelompok 3 : Makanan yang bebas dikonsumsi karena kandungan purin yang rendah, antara lain : nasi, ubi, singkong, jagung, roti, bihun, kue kering, sayur dan buah (kecuali sayur dan buah kelompok 2).

Daftar Pustaka
-Macfarlane, L. A. and Kim, S. C. (2014) ‘Gout A Review of Nonmodifiable and Modifiable Risk Factors Gout Risk factors Race Sex Genetics Diet’, Rheumatic Disease Clinics of North America, 40(4), pp. 581–604. doi: 10.1016/j.rdc.2014.07.002.Gout.

     Sinta Desi Yustika/21601101099

Post a Comment

0 Comments