Memanfaatkan Momen Pencegahan Covid-19


sumber: pexels
        Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus corona pada saluran pernafasan yang menjadi penyebab terjadinya suatu pandemi di awal tahun 2020, kasus ini ditemukan pertama kali di Wuhan, China dan mulai menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia dengan jumlah kasus 1528 terkonfirmasi positif dan 136 meninggal dunia per1 April 2020. Dengan adanya kasus ini, banyak upaya pencegahan yang digalakkan oleh pihak terkait seperti WHO atau kementrian kesehatan berbagai negara untuk mencegah perburukan kasus dengan meminimalisir penularan virus. Upaya pencegahan tersebut berkembang pesat di masyarakat melalui berbagai media. Hal ini berhasil menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pencegahan penyakit dikarenakan ketakutan mereka akan berita buruk yang bermunculan mengenai bahaya virus ini.
            Upaya yang dicanangkan oleh WHO antara lain yaitu rajin mencuci tangan, melakukan social distancing, menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, menjaga higienitas saluran nafas, memeriksakan diri ke dokter apabila muncul gejala, dan mengikuti arahan dari pemerintah pembuat kebijakan kesehatan. Dengan adanya beberapa upaya pencegahan tersebut, masyarakat Indonesia menunjukkan adanya perubahan aktivitas yang diusahakan. Terbukti beberapa barang yang dapat menunjang upaya ini mulai diserbu masyarakat, mulai dari masker, handsanitizer, hingga vitamin, bahkan, pada beberapa toko alat kesehatan dan apotek, barang-barang tersebut sudah sulit ditemukan. Tidak hanya dengan menggunakan berbagai alat kesehatan dan vitamin, mereka juga berupaya menerapkan gaya hidup yang semula tidak dijalankan dengan baik, seperti rajin mencuci tangan dengan langkah-langkah yang telah diajarkan oleh WHO ataupun bersin  dengan hati-hati yaitu menutupinya dengan menangkupkan siku ke mulut dan menjaga jarak dengan orang lain ketika sakit untuk menghindari risiko tertular dan menularkan. Masyarakat mulai menyadari pentingnya memutus sarana penularan covid-19 dengan upaya tersebut. Tanpa mereka sadari, upaya ini juga membantu mereka mencegah virus lain yang seringkali disepelekan. Bukan hanya seringkali, namun hampir selalu disepelekan.
Banyak sekali masyarakat yang tidak berusaha memutus sarana penularan virus, misalnya dengan tidak memakai masker ketika sakit flu ataupun sering menyentuhkan tangan ke berbagai tempat yang tidak selalu bersih lalu membiarkan tangannya terkontaminasi virus begitu saja tanpa menggunakan handsanitizer ataupun cuci tangan dengan cara yang tepat. Beberapa langkah tersebut mungkin tidak akan dilakukan oleh masyarakat jika pandemi ini tidak terjadi. Maka dengan adanya kesadaran masyarakat dalam hal pencegahan covid-19, diharapkan kesadaran tersebut akan tetap bertahan dimasyarakat sehingga membentuk suatu kebiasaan.
Menurut teori kognitif sosial bahwasanya suatu perilaku seseorang utamanya diregulasi oleh diri mereka sendiri, entah itu dikarenakan alasan dari dalam diri sendiri atapun dari lingkungan, tetapi hal itu mampu membentuk suatu dorongan untuk mengerjakan perilaku tertentu. Sehingga, secara tidak langsung, adanya fenomena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan ini, dapat dimanfaatkan untuk membentuk suatu kebiasaan baik yang akan berdampak untuk jangka panjang. Efek jangka panjang yang dapat timbul tersebut, nantinya  dapat memunculkan kebiasaan yang berdampak pada kesehatan komunitas, dikarenakan awal munculnya kebiasaan ini adalah penghindaran dari penyakit menular, maka kerugian yang disebabkan jika seorang individu tidak berupaya mencegahnya akan berdampak ke banyak orang, begitupula keuntungan ketika seorang individu menerapkannya, maka akan berdampak baik pada banyak orang, seperti meminimalkan penularan penyakit selain covid-19.
Bagusnya, suatu kebiasaan dapat ditularkan, sesuai teori yang dikembangkan oleh Schunk dan Zimmerman, perilaku dapat dibentuk ketika seseorang mengalaminya sendiri atau mengamati orang yang sudah mengalaminya. Berbagai pengalaman mengenai pandemi ini, nantinya memunculkan edukasi yang dapat berkembang dimasyarakat, dimana masyarakat dapat menerapkannya. Manakala seorang individu melakukan upaya yang baik dan dinilai baik oleh individu lainnya, maka akan membuka peluang bagi individu lain tersebut untuk mencontoh apa yang diamatinya. Hal ini dapat diterapkan dalam masyarakat mulai dari unit terkecil yang membentuk suatu masyarakat, yaitu keluarga. Orang tua berperan besar dalam mengedukasi anak-anaknya mengenai upaya kesehatan yang perlu dilestarikan bahkan setelah fenomena ini akan meredup disuatu hari nanti, anak yang sejak dini diajarkan mengenai pentingnya pola hidup sehat yang sudah dijalankan baik dalam keluarganya, dapat menjadikan itu suatu kebiasaan yang melekat hingga ia dewasa. Dengan adanya harapan perkembangan pola hidup sehat yang dapat dibiasakan bahkan diwariskan ini, perlu adanya kesadaran dimasyarakat dengan tidak memudarkan upaya kesehatan yang sudah dijalankan ketika suatu hari nanti kasus ini telah meredup. “The Phenomenon is just a moment, but behavior could stay forever”.

Daftar Pustaka
-Bandura, A. 1991. Social Cognitive Theory of Self-Regulation. Organizational Behavior and Human Decision Processes 50(2), 248-287
-Kementrian Kesehatan RI. Coronavirus Disease 2019. https://infeksiemerging.kemkes.go.id diakses pada 1 April 2020
-Schunk, D. H. 2011. Learning Strategies: An Educational Perspective 6th Ed. By Pearson Education, Inc., publishing as Allyn & Bacon, 501 Boylston Street, Boston, MA, 02116.
-Word Health Organization. Coronavirus Disease 2019 Pandemic. http://www.WHO.int  diakses pada tanggal 25 Maret 2020
-Zimmerman, B. J., & Schunk, D. H. (2003). Albert Bandura:The scholar and his contributions to educational psychology. In B. J. Zimmerman & D. H. Schunk (Eds.), Educational psychology: A century of contributions (pp. 431–457). Mahwah, NJ: Erlbaum.

Safira Firdaus/21601101026

Post a Comment